JENIS JENIS TEORI KOMUNIKASI
Menurut Littlejohn (1989), berdasarkan
metode penjelasan serta cakupan objek pengamatannya. Secara
umum teori komunikasi dapat dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama
disebut “Teori-teori umum” (general theories). Kelompok kedua adalah kelompok
“Teori-teori kontekstual” (contextual theories).
Teori umum dibagi menjadi 4 :
1. Teori – teori fungsional dan structural
2. Teori – teori behavioral dan kognitif
3. Teori – teori konvensional dan interaksional
4. Teori – teori kritis dan interpretif
Teori kontekstual dibagi menjadi
beberapa :
1. Komunikasi antarpribadi
2. Komunikasi kelompok
3. Komunikasi organisasi
4. Komunikasi massa
TEORI UMUM
Teori-teori Fungsional dan Struktural
Dibangun
berdasarkan asumsi dasar teori yaitu:
1. Masyarakat
sebagai sebuah sistem yang terdiri dari berbagai subsistem dengan beragam peran
berikut fungsinya masing-masing, kerusakan pada salah satu subsistem akan
merusak seluruh keseimbangan sistem.
(pengertian menurut saya : jadi pada teori ini lingkungan(struktur dan sistem sosial) sangat mempengaruhi individu, dan individu itu termasuk kedalam sistem dan struktur sosial. Contoh : jika disebuah perusahaan gaji karyawan jauh lebih kecil daripada manager, maka karyawan akan demo. ini dimaksud bahwa jika dalam struktus sosial tidak seimbang akan mengalami gejolak/masalah. contoh lain adalah didalam masyarakat ada yang bisa bermain musik, ada yang bisa ber olahraga dengan baik, ada yang sehat dan ada yang sakit dan lain lain. jika yang bisa bermain musik sedikit, maka akan mengalami gejolak dalam masyarakat.)
2. Segala sesuatu
yang dibutuhkan masyarakat akan eksis dengan sendirinya, dan begitu pula
sebaliknya.
contohnya adalah seperti dahulu masyarakat suka menonton acara wayang, seiring kemajuan teknologi yang membuat hiburan lebih mudah dan praktis dan juga disukai oleh banyak orang seperti BIOSKOP, maka bioskop akan eksis dan menggantikan wayang.
3. Perubahan sosial
atau pergolakan dalam masyarakat ditempatkan sebagai upaya mencapai
keseimbangan baru.
contoh adalah : jika didalam kelas ketua kelas tidak menginformasikan sesuatu, maka anggota kelasnya akan mengalami masalah, pertanyaan akan muncul kenapa ketua kelas tidak bisa memberi informasi, karena tidak punya pulsa, kenapa tidak punya pulsa, karena tidak punya uang, kenapa tidak punya uang, karena tidak diberi orang tua, kenapa tidak diberi uang, karena orang tua tidak bekerja. setelah orang tuanya bekerja, maka akan diberi uang dan akan mempunyai pulsa. ini akan menciptakan keseimbangan baru dan kapasitas akan lebih yaitu anggota telah diberi informasi dan orang tuanya mempunyai pekerjaan.
Ciri dari jenis teori ini
(meskipun istilah fungsional dan struktural barangkali tidak tepat) adalah
adanya kepercayaan atau pandangan tentang berfungsi secara nyata struktur yang
berada di luar diri pengamat. Menurut pandangan ini, seorang pengamat adalah
bagian dari struktur. Oleh karena itu cara pandangnya juga akan dipengaruhi
oleh struktur yang berada di luar dirinya.
Meskipun pendekatan
fungsional dan struktural ini seringkali dikombinasikan namun masing-masing
mempunyai titik penekanan yang berbeda. Pendekatan strukturalisme yang berasal
dari linguistik, menekankan pada pengkajiannya tentang cara-cara
mengorganisasikan dan mempertahankan sistem. Apabila ditelaah kedua pendekatan
ini, sama-sama mempunyai penekanan yang sama yakni tentang sebagai struktur
yang berfungsi
Kedua pendekatan ini juga
memiliki beberapa persamaan karakteristik sebagai berikut:
- Baik pendekatan strukturalisme ataupun pendekatan fungsionalisme, dua-duanya sama-sama lebih mementingkan ”synchrony” (stabilitas dalam kurun waktu tertentu) daripada ”diachrony” (perubahan dalam kurun waktu tertentu)
- Kedua pendekatan sama-sama mempunyai kecenderungan memusatkan perhatiannya pada ”akibat-akibat yang tidak diinginkan” (unintended consequences) daripada pada hasil-hasil yang sesuai tujuan. Kalangan strukturalis tidak mempercayai konsep-konsep ”subjektivitas” dan ”kesadaran”. Bagi mereka yang diamati terutama sekali adalah faktor-faktor yang berada di luar kondisi dan kesadaran manusia
- Kedua pendekatan sama-sama punya kepercayaan bahwa realitas itu pada dasarnya objektif dan independent (bebas). Oleh karena itu pengetahuan menurut pandangan ini, dapat ditemukan melalui metode pengamatan (observasi) empiris yang cermat
- Pendekatan strukturalisme dan fungsionalisme juga sama-sama bersifat dualistis, karena kedua-duanya memisahkan bahasa dan lambang dalam pemikiran-pemikiran dan objek-objek yang disimbolkan dalam komunikasi. Menurut pandangan ini, dunia ini hadir karena dirinya sendiri, sementara bahasa hanyalah alat untuk merepresentasikan apa yang telah ada.
- Kedua pendekatan juga sama-sama memegang prinsip ”the correspondence theory of truth” (teori kebenaran yang sesuai). Menurut teori ini bahasa harus sesuai dengan realitas. Simbol-simbol harus merepresentasikan sesuatu secara akurat.
Teori-teori ”Behavioral” dan ”Cognitive”
Sebagaimana halnya dengan
teori-teori strukturalis dan fungsional, teori-teori behavioral dan kognitif
juga merupakan gabungan dari dua tradisi yang berbeda. Asumsinya tentang
hakikat dan cara menemukan pengetahuan juga sama dengan aliran strukturalis dan
fungsional. Perbedaan utama antara aliran behavioral dan kognitif serta aliran
strukturalis dan fungsional hanyalah terletak pada fokus pengamatan serta
sejarahnya. Teori strukturalis dan fungsional yang berkembang dari sosiologi
dan ilmu-ilmu sosial lainnya cenderung memusatkan pengkajiannya pada hal-hal
yang menyangkut struktur sosial dan budaya. Sementara teori-teori behavioral
dan kognitif yang berkembang dari psikologi dan ilmu-ilmu pengetahuan
behavioris lainnya, cenderung memusatkan pengamatannya pada diri manusia secara
individual. Salah satu konsep pemikirannya yang terkenal adalah tentang model
S-R (stimulus-respon) yang menggambarkan proses informasi antara stimulus
(rangsangan) dan response (tanggapan)
Teori-teori ”behavioral”
dan ”cognitive” juga mengutamakan ”variable-analytic” (analisis-variabel).
Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya mengidentifikasikan
variabel-variabel proses kognitif dan informasi menyebabkan atau menghasilkan
tingkah laku tertentu.
Komunikasi, menurut
pandangan teori ini, dianggap sebagai manifestasi dari tingkahlaku, proses
berpikir, dan fungsi ”bio-neural” dari individu. Oleh karenanya,
variabel-variabel penentu yang memegang peranan penting terhadap sarana kognisi
seseorang (termasuk) bahasa biasanya berada di luar kontrol dan kesadaran orang
tersebut.
Teori-teori Konvensional dan Interaksional
Teori-teori ini
berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang
membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk
dalam hal ini bahasa dan simbol-simbol. Komunikasi, menurut teori ini, dianggap
sebagai alat perekat masyarakat (the glue of society). Kelompok teori ini
berkembang dari aliran pendekatan ”interaksi-interaksi simbolis” (symbolic
interactionism) sosiologi dan filsafat bahasa ordiner. Bagi kalangan pendukung
teori-teori ini, pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi.
Berbeda dengan teori
strukturalis yang memandang struktur sosial sebagai penentu, teori-teori
interaksional dan konvensional melihat struktur sosial sebagai produk dan
interaksi. Fokus pengamatan teori-teori ini tidak terhadap struktur tetapi
tentang bagaimana bahasa dipergunakan untuk membentuk struktur sosial, serta
bagaimana bahasa dan simbol-simbol lainnya direproduksi, dipelihara serta
diubah dalam penggunaannya. Makna, menurut pandangan kelompok teori ini, tidak
merupakan suatu kesatuan objektif yang ditransfer melalui komunikasi tetapi
muncul dari dan diciptakan melalui interaksi. Dengan kata lain, makna merupakan
produk dari interaksi.
Menurut teori-teori
interaksional dan konvensional, makna pada dasarnya merupakan
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh melalui interaksi. Oleh karena itu, makna
dapat berubah dari waktu ke waktu, dari konteks ke konteks, serta dari satu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya. Dengan demikian sifat objektivitas
dari makna adalah relatif dan temporer.
Teori-teori kritis dan interpretif
Kelompok teori yang
keempat adalah kelompok teori-teori kritis dan interpretif. Gagasan-gagasannya
banyak berasal dari berbagai tradisi seperti sosiologi interpretif
(interpretive sociology), pemikiran Max Weber, phenomenology dan hermeneutics
Marxisme dan aliran ”Frankfurt School”, serta berbagai pendekatan kelompok
teori ini terutama sekali populer di negara-negara Eropa.
Interpretif berarti pemahaman (verstechen)
berusaha menjelaskan makna dari suatu tindakan. Karena suatu tindakan dapat
memiliki banyak arti, maka makna idak dapat dengan mudah diungkap begitu saja.
Interpretasi secara harfiah merupakan proses aktif dan inventif.
Teori interpretif umumnya menyadari bahwa makna dapat
berarti lebih dari apa yang dijelaskan oleh pelaku. Jadi interpretasi adalah
suatu tindakan kreatif dalam mengungkap kemungkinan-kemungkinan makna.
Implikasi social kritis pada dasarnya memiliki
implikasi ekonomi dan politik, tetapi banyak diantaranya yang berkaitan dengan
komunikasi dan tatanan komunikasi dalam masyarakat. Meskipun demikian teoritisi kritis biasanya
enggan memisahkan komunikasi dan elemen lainnya dari keseluruhan system. Jadi, suatu teori kritis mengenai komunikasi
perlu melibatkan kritik mengenai masyarakat secara keseluruhan.
Pendekatan
kelompok ini terutama sekali popular di Negara-negara Eropa.Karakteristik umum
yang mencirikan teori ini adalah:
·
Penekanan terhadap peran subjektifitas yang didasarkan
pada pengalaman individual.
·
Makna merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini. Pengalaman dipandang sebagai meaning
centered.
·
Bahasa
dipandang sebagai kekuatan yang mengemudikan pengalaman manusia.
Di samping karakteristik di atas yang
menunjukan kesamaan, terdapat juga perbedaan mendasar antara teori-teori
interpretif dan teori-teori kritis dalam pendekatannya. Pendekatan teori interpretif cenderung
menghndarkan sifat-sifat preskriptif dan keputusan-keputusan absolute tentang
fenomena yang diamati. Pengamatan
menurut teori interpretif, hanyalah sesuatu yang bersifat tentative dan
relative. Sementara teori-teori kritis
lazimnya cenderung menggunakan keputusan-keputusan absolut, preskriptif dan
juga politis sifatnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa teori
interpretif ditujukan untuk memahami pengalaman hidup manusia, atau untuk
menginterpretasikan makna-makna teks. Sedangkan teori kritis berkaitan dengan
cara-cara di mana kondisi manusia mengalami kendala dan berusaha menciptakan
berbagai metode untuk memperbaiki kehidupan manusia.
TEORI KONTEKSTUAL
Berdasarkan konteks atau
tingkatan analisisnya, teori-teori komunikasi secara umum dapat dibagi menjadi
lima konteks atau tingkatan sebagai berikut: (1) intrapersonal communication
(komunikasi intra-pribadi), (2) Interpersonal communication, (3) group
communication (komunikasi kelompok), (4) organizational communication
(komunikasi organisasi), dan (5) mass communication (komunikasi massa)
Intrapersonal communication adalah proses komunikasi yang terjadi
dalam diri seseorang. Yang menjadi pusat perhatian di sini adalah bagaimana
jalannya proses pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem
saraf dan inderanya. Teori-teori komunikasi intra pribadi umumnya membahas
mengenai proses pemahaman, ingatan, dan interpretasi terhadap simbol-simbol
yang ditangkap melalui pancaindera.
Interpersonal communication atau komunikasi antar pribadi adalah
komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara
langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium).
Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face-to–face communication),
percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi, merupakan contoh-contoh
komunikasi antarpribadi. Teori-teori komunikasi antarpribadi umumnya
memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan
(relationships), percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik
komunikator.
Komunikasi kelompok (group communication)
memfokuskan pembahasannya pada interaksi di antara orang-orang dalam
kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi
antarpribadi. Teori-teori komunikasi kelompok antara lain membahas tentang
dinamika kelompok, pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan
(decision making).
Komunikasi organisasi (organizational
communication) menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam
konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk
komunikasi formal dan informal, serta bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi
dan komunikasi kelompok. Pembahasan teori-teori komunikasi organisasi antara
lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia,
komunikasi dan proses pengorganisasian, sera kebudayaan organisasi.
Komunikasi massa (mass comunication)
adalah komunikasi melalui media massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak
yang besar. Proses komunikasi massa melibatkan aspek-aspek komunikasi intra
pribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi
organisasi. Teori-teori komunikasi massa umumnya memfokuskan perhatiannya pada
hal-hal yang menyangkut struktur media, hubungan media dan masyarakat, hubungan
media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak atau
hasil komunikasi massa terhadap individu.
https://www.facebook.com/michael.ksk.9
twitter : @michaelyo_
https://www.facebook.com/michael.ksk.9
twitter : @michaelyo_
2 komentar:
Thanks bro untuk share makalahnya :) sangat berguna
makasih bgt! sangat membantu apalagi plus contoh dengan bahasa yang mudah dipahami! God bless you
Posting Komentar